
Chonburi, Thailand – Perjalanan Timnas Putri Indonesia menuju partai final SEA Games 2025 harus terhenti secara dramatis setelah menelan kekalahan telak 0-5 dari sang raksasa Asia Tenggara, Vietnam. Dalam duel semifinal yang digelar di Stadion IPE Chonburi pada Minggu (14/12/2025), skuad Garuda Pertiwi memang dipaksa mengakui superioritas lawan.
Meskipun impian meraih emas telah kandas, semangat juang tidak luntur. Pelatih kepala, Akira Higashiyama, kini langsung mengalihkan fokus timnya ke pertandingan penentuan: perebutan medali perunggu, sesuai dengan target realistis yang dicanangkan sejak awal turnamen.
Babak Pertama: Perlawanan yang Menjanjikan
Sejak peluit kick-off dibunyikan, Vietnam langsung mengambil inisiatif serangan. Dikenal dengan kecepatan dan organisasi permainan yang rapi, The Golden Star Women membuat pertahanan Indonesia bekerja keras. Timnas Putri Indonesia memang lebih banyak ditekan, dipaksa bertahan dan meredam agresivitas lawan di sepertiga akhir lapangan.
Namun, yang patut dicatat adalah soliditas pertahanan Indonesia, terutama pada paruh pertama laga. Di bawah arahan Akira Higashiyama, lini belakang Indonesia menunjukkan disiplin yang cukup baik, membuat frustrasi para penyerang Vietnam selama hampir setengah jam.
Kebuntuan Vietnam baru terpecah di menit ke-28, dan sayangnya, berasal dari situasi set-piece. Wasit menunjuk titik putih setelah terjadi pelanggaran di kotak terlarang. Nguyen Thi Bich Thuy yang maju sebagai algojo berhasil menunaikan tugasnya, membawa Vietnam unggul 1-0. Skor ini bertahan hingga turun minum, sebuah hasil yang dianggap cukup positif mengingat tekanan masif dari Vietnam.
Evaluasi Higashiyama: “Babak Pertama Sangat Bagus”
Usai pertandingan, pelatih Akira Higashiyama, yang didatangkan dari Jepang untuk merevolusi sepak bola putri Indonesia, memberikan penilaian yang menarik mengenai performa timnya. Ia secara khusus memuji upaya anak asuhnya di babak pertama.
“Pada babak pertama, kita memiliki peluang untuk mencetak gol, kita juga berusaha keras untuk menguasai bola, tapi kami kehabisan energi,” ujar Higashiyama. “Jadi, menurut saya, babak pertama sangat bagus untuk kami. Kami menunjukkan bahwa kami bisa bersaing, secara taktik kami mampu menahan gempuran mereka dan bahkan mencari celah serangan balik.”
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa secara taktik dan mental, Timnas Putri Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan di awal laga, mampu membatasi keunggulan lawan hanya satu gol. Namun, problem klasik sepak bola Indonesia, terutama di level internasional, yakni stamina dan konsentrasi, muncul sebagai penghalang utama.
Babak Kedua: Penurunan Energi dan Pesta Gol Vietnam
Memasuki babak kedua, performa Timnas Putri Indonesia mulai menurun drastis. Penurunan tingkat kebugaran dan konsentrasi di lapangan membuat para pemain Vietnam semakin leluasa mengembangkan permainan mereka. Jarak antar pemain mulai renggang, dan transisi dari bertahan ke menyerang menjadi lambat.
Vietnam memanfaatkan kondisi ini dengan brutal. Hanya empat menit setelah jeda, Pham Hai Yen mencetak gol kedua pada menit ke-49. Kegagalan Indonesia merapatkan lini tengah memberi ruang bagi Vietnam untuk mengalirkan bola dengan cepat.
Sembilan menit berselang, Pham Hai Yen kembali mengukir namanya di papan skor pada menit ke-58, memastikan keunggulan 3-0 dan praktis mengakhiri harapan comeback Indonesia.
Meskipun pertandingan seolah sudah selesai, Vietnam tidak mengendurkan tekanan. Dua gol penutup lahir di akhir babak kedua, menunjukkan betapa kelelahan telah memukul mental dan fisik skuad Garuda Pertiwi. Nguyen Thi Bich Thuy mencetak gol keduanya di menit ke-80, disusul gol penutup dari kapten legendaris Vietnam, Huynh Nhu, pada menit ke-86.
Kekalahan 0-5 ini memang pahit, namun sekaligus menjadi pelajaran berharga tentang jurang pemisah kualitas dan konsistensi fisik antara Timnas Putri Indonesia dan tim-tim elite Asia Tenggara seperti Vietnam.
Mengunci Target Perunggu
Kekalahan ini memastikan Vietnam melaju ke final SEA Games 2025 untuk menghadapi pemenang semifinal lainnya (kemungkinan besar Thailand atau Filipina). Sementara itu, Timnas Putri Indonesia harus mengalihkan seluruh energi dan fokus mereka ke laga perebutan medali perunggu.
Akira Higashiyama menegaskan kembali bahwa target utama tim adalah membawa pulang medali perunggu.
“Kami tahu Vietnam adalah tim yang sangat kuat, salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Sekarang, kami tidak punya waktu untuk meratapi kekalahan ini. Tujuan kami adalah meraih perunggu, dan kami memiliki satu kesempatan terakhir untuk membuktikan diri,” tegas Higashiyama. “Kami harus memperbaiki pemulihan fisik dan mental dalam waktu singkat ini. Medali perunggu adalah harga mati untuk perkembangan sepak bola putri Indonesia.”
Pertandingan perebutan perunggu ini akan menjadi ujian sejati bagi karakter skuad Garuda Pertiwi. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu bangkit dari kekalahan telak, berjuang hingga akhir, dan mengamankan tempat di podium – sebuah capaian yang akan sangat berharga bagi perkembangan dan investasi jangka panjang dalam program Timnas Putri Indonesia.