
Timnas U-17 Indonesia di Panggung Dunia: Antara Proses, Harapan, dan Tantangan Diaspora
Tim Nasional U-17 Indonesia siap mengukir sejarah di Piala Dunia U-17 2025 yang diselenggarakan di Qatar. Mengawali perjuangan mereka di Grup H dengan menghadapi Zambia pada Selasa (4/11/2025) di Lapangan 7 Aspire Zone, Al Rayyan, skuad Garuda Asia membawa harapan besar sekaligus pelajaran berharga dari perjalanan panjang mereka. Pelatih Timnas U-17 Indonesia, Nova Arianto, menekankan pentingnya menikmati setiap momen di turnamen ini, melihatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembentukan diri menuju level yang lebih tinggi.
Dari Target Awal hingga Puncak Prestasi Usia Muda
Dalam konferensi pers sehari sebelum laga pembuka, Nova Arianto menjelaskan bahwa target utama pembentukan tim ini sejak awal adalah bisa tampil di Piala Dunia U-17. “Tujuan awal dibentuknya timnas ini kan adalah bagaimana kita bisa tampil di Piala Dunia ya, dan saya sangat bersyukur di perjalanan kami dari awal di 2024, dari persiapan AFF, kualifikasi dan Piala Asia, saya lihat pemain bekerja dengan sangat luar biasa,” ujar Nova. Pencapaian ini merupakan buah dari dedikasi dan perjuangan panjang para pemain muda yang kini berada di panggung sepak bola tertinggi di usia mereka.
Nova menegaskan bahwa Piala Dunia U-17 bukanlah akhir dari segalanya, melainkan “tujuan akhir dari mereka di U-17 sebelum nantinya kan akan naik ke U-20, ataupun U-23.” Baginya, turnamen ini adalah event sepak bola level tertinggi di usia mereka, mewujudkan cita-cita setiap pemain. Dengan demikian, pengalaman berharga ini diharapkan menjadi fondasi kuat bagi karier mereka di masa depan.
Pesan Pelatih: Menikmati Proses, Bukan Sekadar Hasil
Kepada para pemain, Nova Arianto memberikan pesan mendalam: bermain dengan gembira dan menikmati kesempatan besar yang didapatkan. “Saya meminta pemain tetap enjoy, pemain tetap menikmati apa yang mereka dapatkan di Piala Dunia, karena itu akan menjadi pengalaman yang baik bagi mereka,” ucapnya. Lebih jauh, Nova menekankan bahwa turnamen ini adalah tahapan penting dalam proses pembinaan karier, bukan hanya tentang meraih sukses di satu event. “Saya lebih senang pemain-pemain ini bisa bermain di timnas senior, daripada kita hanya sukses di sebuah event, karena sekali lagi mereka adalah pemain masa depan kita,” tegas Nova, seraya berharap mereka banyak belajar dari event ini untuk menjadi pilar timnas di masa datang.
Dukungan Publik dan Ekspektasi yang Realistis
Nova Arianto juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat Indonesia. Ia berharap dukungan publik tetap mengalir tanpa menaruh ekspektasi berlebihan kepada para pemain muda yang sedang dalam proses pembinaan. “Mungkin jadi sebagai penutup saya minta doa dan support-nya dari masyarakat Indonesia,” ujar Nova. “Semoga sekali lagi tim U-17 bisa memberikan yang terbaik. Tetapi saya berpesan jangan memberikan ekspektasi yang terlalu berlebih.” Pelatih berusia 44 tahun itu menekankan pentingnya menjaga kepercayaan diri para pemain muda agar mereka bisa berkembang dengan baik di bawah tekanan besar turnamen dunia. “Harapannya mereka bisa menjalani prosesnya dengan baik dan saya harap apapun situasinya ada yang terjadi. Tetap dukung Timnas U-17.”
Tantangan dan Seleksi Pemain Diaspora: Kasus Nicholas Mjosund
Di balik semangat ini, ada tantangan dalam pembentukan skuad, terutama terkait pemain diaspora. Nova Arianto membeberkan alasan di balik absennya Nicholas Mjosund dari skuad final Piala Dunia U-17 2025. Sebelumnya, Nicholas, pemain yang membela Rosenborg U-15 dan memiliki darah Solo, Jawa Tengah, sempat dipanggil dalam persiapan. Namun, namanya tidak ada dalam skuad akhir.
Nova menjelaskan bahwa masalah utama adalah chemistry dan adaptasi. “Nicholas memang sebenarnya masuk skema yang ingin kita buat di Piala Dunia, tetapi dengan karena adanya kesibukan di klub dan masalah sekolah ya, karena kita paham di luar masalah sekolah sangat penting sekali, saya bisa memahami,” jelas Nova. Dengan jadwal Nicholas yang baru bisa bergabung dua atau tiga hari menjelang tim berangkat ke Qatar, chemistry pemain diragukan tidak akan terbangun dengan baik. “Kalau secara adaptasi dan chemistry kurang baik, takutnya akan menjadi masalah,” tambahnya.

Selain itu, Nova juga menyoroti aturan bahwa untuk timnas U-17, pemain diaspora harus memiliki salah satu orang tua yang memegang paspor Indonesia, tidak bisa melakukan naturalisasi seperti di level senior. Kasus Nicholas dan Noah Steenbergen, pemain keturunan Bandung dari CSV28 U-16, menjadi contoh. Meskipun keduanya menunjukkan performa baik selama pemusatan latihan di Bali, kendala jadwal klub dan sekolah menjadi penghalang. Berbeda dengan Mike Rajasa Hoppenbrouwers yang berposisi sebagai kiper, yang memiliki waktu adaptasi lebih cukup dan kasusnya “sedikit berbeda secara pandangan bermainnya berbeda.”
Nova Arianto berharap Nicholas dan Noah bisa bergabung di Piala Asia U-17 2026 mendatang. “Harapannya mereka berdua bisa bergabung dan semakin bisa membuat kami untuk lolos ke Piala Dunia U-17 2026,” katanya.
Timnas U-17 Indonesia tergabung dalam Grup H Piala Dunia U-17 2025 bersama Brasil U-17, Honduras U-17, dan Zambia U-17. Turnamen ini akan berlangsung di Qatar pada 3-27 November 2025. Dengan semangat menikmati proses dan dukungan penuh dari masyarakat, diharapkan para Garuda Asia ini dapat memberikan yang terbaik dan menjadi inspirasi bagi sepak bola Indonesia di masa depan.