November 1, 2025

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan tekadnya untuk membawa sepak bola Indonesia memasuki babak baru. Setelah kegagalan di kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI memutuskan untuk “move on” dan tidak lagi membawa Shin Tae-yong kembali melatih Timnas Indonesia. Pernyataan tegas ini menutup spekulasi kembalinya pelatih asal Korea Selatan tersebut, yang sebelumnya berhasil membawa Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-23 2024.

“Kita kan mesti move on. Kalau kita move on sama Patrick, ya kita juga move on dengan Shin Tae-yong,” ujar Erick Thohir, dikutip dari rekaman suara di Youtube iNews, Kamis (23/10/2025) malam. Keputusan ini, menurut Erick, merupakan bagian dari evaluasi menyeluruh setelah berakhirnya masa kerja dua pelatih asing terakhir, Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert.

Dilema di Balik Keputusan Sulit

Erick mengakui bahwa keputusan berpisah dengan Shin Tae-yong bukanlah hal yang mudah. Secara pribadi, ia merasa kurang menyukai keputusan tersebut karena membangun struktur kepelatihan nasional membutuhkan waktu dan proses yang panjang. “Itu kalau enggak perform ya gitu. Walaupun sebenarnya kalau secara pribadi saya kurang gitu suka, karena membangun strata kepelatihan itu perlu waktu gitu kan,” ungkapnya.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi PSSI adalah menciptakan sistem kepelatihan yang berjenjang dan saling terhubung antar level usia. Erick menyoroti bahwa pada awal masa kepemimpinannya di PSSI, komunikasi antara Shin Tae-yong dan Indra Sjafri tidak berjalan mulus karena “masing-masing senior, masing-masing punya.” Baru pada era Patrick Kluivert, sistem berjenjang ini mulai terbentuk. Namun, karena hasil yang tidak sesuai harapan, sistem tersebut kembali terhenti. “Nah, baru terakhir zamannya Patrick kita bisa bikin strata. Tapi itu pun karena gagal ya, gimana ya kan?” ujarnya.

Kini, PSSI dihadapkan pada situasi yang sulit. Dengan berakhirnya masa kerja kedua pelatih asing tersebut, PSSI kehilangan pelatih untuk tim senior, U-20, dan U-23. “Sekarang kalau ditanya pusing enggak? Pusing. Kenapa? Ini kan hilang pelatih senior, U-20 dan U-23. Tapi kan masalahnya, ya ini kan paket buat itu,” kata Erick. Ia bahkan sempat menyebut nama Nova Arianto sebagai salah satu kandidat potensial untuk melatih tim U-20 jika berhasil di U-17, sembari mencari pelatih U-17 dari Indonesia.

Krisis Pelatih Lokal dan Tantangan Perekrutan

Erick Thohir juga menyoroti masalah mendasar dalam dunia kepelatihan Indonesia yang dinilainya masih “tipis.” Ia mengungkapkan kesulitan yang dialami Shin Tae-yong dalam mencari asisten, serta Patrick Kluivert yang mewawancarai 10 pelatih namun tak menemukan yang cocok. “Kepelatihan orang Indonesia tuh tipis. Kenapa waktu itu STY nyari asisten juga susah, Patrick Kluivert menginterview 10 pelatih juga enggak ketemu. Iya kan memang susah,” ungkapnya.

Kondisi ini membuat PSSI membutuhkan waktu sebelum mengumumkan nama pelatih baru. Erick menjelaskan bahwa pihaknya sedang menjalin komunikasi dengan berbagai pihak di luar negeri melalui jaringan olahraganya secara internasional, sembari tetap mencari kandidat dari dalam negeri. Namun, ia mengingatkan bahwa posisi Indonesia yang masih berada di peringkat FIFA 120 menjadi tantangan tersendiri. “Jangan sampai persepsi, yang kejadian beberapa kali terakhir ini, mempersulit posisi kita mencari pelatih. Karena kita mesti sadari ranking kita belum tinggi, masih rendah. Mencari pelatih di ranking seperti ini enggak mudah,” jelasnya.

Erick bahkan mengingat kembali sulitnya merekrut Shin Tae-yong di masa lalu ketika Indonesia berada di peringkat 170 dunia. “Nah sekarang 120 juga enggak mudah. Jadi yang sekarang saya lagi coba lakukan dengan jaringan internasional saya memberi confidence balik, bahwa ya kita tetap ingin punya program jangka panjang,” tuturnya.

Membangun Kepercayaan dan Mencari Profil yang Tepat

Selain mencari pelatih, Erick juga fokus pada pembenahan persepsi sepak bola nasional yang terkadang negatif. Ia mengungkapkan kekhawatiran para pemain terhadap perundungan di media sosial, mencontohkan kasus Rizky Ridho. “Kita harus kembali menyehatkan persepsi sepak bola nasional. Beberapa pemain juga kontak saya karena khawatir. Kasus Rizky Ridho misalnya, mereka bilang, ‘Ridho saja kena, apalagi gue.’ Nah, ini yang saya coba bantu agar kepercayaan diri mereka kembali,” ucap Erick.

Situasi ini turut mempersulit PSSI dalam mencari pelatih asing berkualitas yang bersedia menangani Timnas Indonesia. Untuk sementara, PSSI belum menunjuk pelatih sementara untuk agenda FIFA Match Day pada November mendatang. “Masih pusing,” ucap Erick sambil tertawa, seraya membantah rumor terkait kemungkinan mendatangkan nama-nama besar seperti Louis van Gaal atau Frank de Boer.

Erick menyebutkan bahwa federasi kini sedang mencari pelatih dengan profil yang tepat setelah mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dua pelatih terakhir. “Kami lagi mencari profil yang pas. Kita lihat Shin Tae-yong, kita lihat Patrick, kekurangan dan kelebihannya apa. Kalau bisa, dibetulkan di pelatih berikutnya,” katanya.

Harapan dari Legenda Lokal

Di tengah ketidakpastian ini, para legenda sepak bola Indonesia seperti Atep Rizal dan Ismed Sofyan turut memberikan pandangan mereka mengenai sosok pengganti. Keduanya sepakat bahwa pelatih yang terpilih harus memiliki karakter kuat dan memahami kualitas pemain.

“Siapa pun nanti pelatihnya, menurut saya pelatih lokal juga punya kualitas,” kata Atep, meskipun ia mengakui pelatih Eropa mungkin menjadi pertimbangan untuk bersaing di level dunia. Ia menekankan pentingnya pelatih yang memahami kekuatan dan kelemahan tim serta lawan. “Artinya harus paham dulu kualitas pemain kita, baru kita akan bermain seperti apa,” tegas Atep.

Sementara itu, Ismed Sofyan berharap pelatih adalah seorang mentor dan role model yang berkarakter. Ia juga tidak menutup kemungkinan bagi pelatih lokal. “Nggak ada salahnya kalau dikasih pekerjaan untuk pelatih-pelatih lokal kita juga. Toh juga pelatih kan hanya bisa membina, bisa meracik,” kata Ismed. Ia menekankan bahwa jika pelatih lokal diberi kesempatan, mereka harus diberikan kebebasan dan kewenangan yang sama dengan pelatih asing.

PSSI kini berada di persimpangan jalan, dihadapkan pada tugas besar untuk menemukan nahkoda baru yang tidak hanya mampu membawa Timnas Indonesia meraih prestasi, tetapi juga membangun fondasi kepelatihan yang kokoh untuk masa depan. Proses ini membutuhkan kesabaran, strategi yang matang, dan dukungan dari seluruh elemen sepak bola nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *