
Dunia sepak bola Indonesia kembali diwarnai ketidakpastian setelah PSSI memutuskan mengakhiri kontrak Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia melalui skema mutual termination pada Kamis, 16 Oktober 2025. Keputusan ini menyusul kegagalan skuad Garuda di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, setelah takluk dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1). Kini, kursi panas pelatih Timnas Indonesia kembali kosong, memicu spekulasi dan harapan dari berbagai kalangan.
Beberapa nama besar mulai dari Louis Van Gaal, Jesus Casas, Bojan Hodak, hingga Frank de Boer, santer disebut-sebut sebagai kandidat pengganti Kluivert. Namun, di antara semua rumor tersebut, ada satu nama yang paling mencuat dan sangat didambakan oleh mayoritas penggemar sepak bola Tanah Air: Shin Tae-yong. Mantan pelatih Timnas Indonesia yang baru saja tanpa klub usai kontraknya dihentikan oleh Ulsan HD pada awal Oktober lalu ini, ternyata memiliki keinginan kuat untuk kembali menukangi skuad Garuda.
Prioritas Utama: Indonesia di Hati Shin Tae-yong

Dalam wawancara terbarunya dengan Goalpost Asia, Shin Tae-yong secara terbuka menyinggung posisi kepelatihan di Timnas Indonesia. Pelatih asal Korea Selatan itu bahkan menyatakan akan memprioritaskan Indonesia sebagai pilihan utama jika mendapat tawaran kembali, meskipun ada opsi dari tim lain.
“Kalau nanti ada tawaran tentu saya akan pertimbangkan. Tapi prinsip saya, kalau ada tawaran yang baik, saya terbuka ke mana saja. Jujur saja, hati saya akan tetap condong ke Indonesia. Bahkan kalau ada tawaran yang sedikit lebih baik dari negara lain, tapi Indonesia menawar dengan niat sungguh-sungguh, Indonesia akan selalu jadi pilihan pertama saya,” ujar Shin Tae-yong.
Pengakuan ini tentu saja bak angin segar bagi para penggemar yang masih sulit move on dari sentuhan magis Shin Tae-yong. Selama masa kepelatihannya sebelumnya, pria yang akrab disapa STY ini memang terbukti mampu mengubah Timnas Indonesia menjadi tim yang disegani dan memiliki gaya permainan yang jelas di kancah Asia. Performa skuad Garuda yang jauh lebih baik, baik secara taktik maupun mental, menjadi bukti nyata kualitas Shin Tae-yong.
Meskipun demikian, Shin Tae-yong juga menegaskan bahwa hingga saat ini, belum ada tawaran resmi atau komunikasi dari PSSI untuk mengajaknya kembali melatih. “[Tawaran] dari Indonesia? Tidak. Belum pernah ada telepon atau tawaran resmi sama sekali. Belum ada sama sekali,” tegasnya.
Misteri di Balik Pernyataan dan Harapan Suporter
Sebelum pernyataan terbarunya ini, rumor kembalinya Shin Tae-yong sempat dibantah tegas olehnya. Kala itu, ia menyatakan tidak akan kembali melatih Timnas Indonesia saat ini, menanggapi kabar yang beredar usai Patrick Kluivert dilepas. Namun, jurnalis olahraga Korea Selatan, Steve Han, memberikan pandangan yang menarik mengenai pernyataan Shin Tae-yong.
“Dia bilang tidak akan kembali ke Indonesia. Tapi mengenal Shin, dia suka bermain dengan kata-kata,” ujar Steve Han kepada Kompas.com. Ia menambahkan bahwa Shin Tae-yong dikenal sering menggunakan bahasa diplomatis tentang masa depannya dan bisa saja mengubah ucapannya dalam waktu singkat. “Kita lihat saja nanti bagaimana perkembangan selanjutnya,” imbuhnya. Pandangan Steve Han ini seakan menyiratkan bahwa di dunia sepak bola, tidak ada yang pasti hingga kesepakatan resmi terjalin.
Terlepas dari dinamika pernyataan tersebut, dukungan untuk Shin Tae-yong di Indonesia tidak pernah surut. Hal ini terlihat dari respons suporter setiap kali Timnas Indonesia bertanding, terutama saat hasil kurang memuaskan. Teriakan nama “Shin Tae-yong” sering terdengar di stadion, dan media sosialnya pun masih ramai oleh pesan dukungan serta harapan agar ia kembali menukangi Timnas. Shin Tae-yong mengaku tersentuh dan masih suka membaca komentar-komentar tersebut, menyadari bahwa penggemar Timnas Indonesia belum melupakannya.
Kritik Terhadap PSSI dan Target yang Tidak Realistis

Di sisi lain, pemecatan Patrick Kluivert dan jajaran tim kepelatihannya, termasuk Alex Pastoor sebagai asisten pelatih, memicu kritik dari berbagai pihak. Alex Pastoor, setelah dipecat, mengungkapkan bahwa target PSSI untuk meloloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia, saat itu berada di peringkat 119 dunia, adalah target yang tidak realistis.
“Itu tidak berhasil, dan itu segera menjadi jelas. Di lapangan dan dengan staf, kami mencoba menjelaskan apa yang diharapkan, tetapi itu tidak cukup untuk mengalahkan tim sekaliber ini,” kata Alex Pastoor, dikutip dari Voetbal International. Ia juga menyebut bahwa proyek yang baru berjalan sejak Januari 2025 itu dimaksudkan untuk jangka panjang, namun sentimen negatif setelah kekalahan di Jeddah (melawan Arab Saudi) membuat keputusan untuk mengakhirinya diambil.
Alex Pastoor juga membeberkan tiga target yang dibebankan PSSI: mencapai Piala Dunia, pengembangan pemain lokal melalui tim U-23 dan U-20, serta pengembangan pemain kompetitif jangka panjang. Ia menyoroti bahwa semua tim kepelatihan yang baru ditunjuk, termasuk Jordi Cruyff sebagai penasihat dan Alexander Zwiers sebagai direktur teknik, kini telah pergi.
Kritik pedas juga datang dari pemain asing Madura United, Roger Bonet alias Ruxi. Melalui akun X pribadinya, @Ruxiiii4, Ruxi menegaskan bahwa Timnas Indonesia akan sulit mendapatkan pelatih berkualitas jika PSSI terus memecat pelatih hanya dalam hitungan bulan. “Indonesia perlu menyadari bahwa jika pelatih terus dipecat setelah beberapa bulan saja, akan semakin sulit setiap tahunnya untuk menarik pelatih berkualitas. Terus pecat pelatih setiap beberapa bulan… lalu heran mengapa tidak ada pelatih bagus yang mau datang,” tulisnya.
Pernyataan Ruxi ini mencerminkan kekhawatiran publik sepak bola terhadap stabilitas program kepelatihan di Timnas Indonesia. Dengan adanya kritikan ini dan harapan besar terhadap Shin Tae-yong, PSSI kini dihadapkan pada keputusan krusial dalam memilih pelatih baru. Menarik untuk dinantikan apakah PSSI akan mendengarkan suara hati penggemar dan mempertimbangkan kembali Shin Tae-yong, atau justru memilih jalur lain yang penuh misteri.