SLEMANTim Nasional Putri Indonesia harus mengakhiri rangkaian FIFA Women’s Matchday dengan hasil yang kurang memuaskan. Menghadapi lawan tangguh dari Asia Timur, Taiwan (Chinese Taipei), di Stadion Maguwoharjo, Sleman, pada Sabtu (29/11/2025), skuad Garuda Pertiwi dipaksa mengakui keunggulan lawan dengan skor telak 0-5.

Kekalahan ini menjadi penutup yang pahit setelah sebelumnya Indonesia berhasil meraih kemenangan dramatis 2-1 atas Nepal. Hasil ini bukan hanya sekadar catatan skor, melainkan sebuah alarm darurat yang berbunyi nyaring di markas Pelatih Akira Higashiyama menjelang kompetisi utama yang ditunggu-tunggu: SEA Games 2025 di Thailand.

📋 Perombakan Ekstrem dan Ujian Kedalaman Skuad

Pelatih asal Jepang, Akira Higashiyama, menggunakan pertandingan ini sebagai medan eksperimen terakhir. Ia melakukan setidaknya tujuh pergantian pemain signifikan dari susunan tim yang berhasil mengalahkan Nepal.

Pergantian ini bertujuan untuk menguji kedalaman skuad serta adaptasi taktik. Beberapa nama baru yang mendapat kesempatan tampil sejak menit awal antara lain: Iris de Rouw di bawah mistar gawang, Katarina Stalin, Felicia De Zeeuw, Claudia Scheunemann, dan Issa Warps.

Taiwan datang dengan status yang jauh lebih superior. Mereka menghuni peringkat 42 dunia dalam Ranking FIFA, sebuah lompatan signifikan dari posisi Indonesia di peringkat 106. Laga ini memang sengaja dipilih sebagai “ujian gravitasi” untuk melihat seberapa jauh gap kualitas yang harus dikejar oleh Garuda Pertiwi.

🧱 Tekanan Tinggi dan Kegagalan Eksekusi Peluang

Meskipun secara ranking terpaut jauh, para pemain Indonesia menunjukkan inisiatif sejak awal. Mereka berusaha menerapkan tekanan tinggi dan menguasai lini tengah.

Aksi-aksi individu yang cepat dari sayap, terutama melalui Sheva Imut dan bintang muda andalan, Claudia Scheunemann, sempat merepotkan pertahanan Taiwan. Namun, struktur pertahanan Taiwan yang terorganisir terbukti alot untuk ditembus.

Beberapa peluang emas berhasil diciptakan, namun gagal berbuah gol. Tandukan bek tangguh, Katarina Stalin, dari situasi sepak pojok pada menit ke-18 masih melambung di atas mistar gawang.

Peluang terbaik Indonesia datang dari tembakan keras Sheva Imut dari luar kotak penalti. Sayang, bola hanya mampu membentur mistar gawang Taiwan, menolak untuk masuk. Kegagalan-kegagalan inilah yang kemudian harus dibayar mahal.

📉 Keraguan di Lini Belakang Berbuah Petaka

Keseimbangan pertandingan mulai goyah menjelang akhir babak pertama. Taiwan membuka keunggulan pada menit ke-35, dan gol ini ironisnya lahir dari keraguan dan miskomunikasi di barisan belakang Indonesia dalam mengamankan situasi bola mati, khususnya sepak pojok.

Kiper Iris de Rouw sebetulnya berhasil melakukan penyelamatan gemilang atas tembakan pertama lawan. Namun, bola muntah yang seharusnya bisa dihalau, malah disundul kembali ke area berbahaya. Dalam situasi panik, salah satu bek, Isabel, tanpa sengaja mendorong bola ke belakang gawangnya sendiri. Skor 0-1.

Gol pembuka Taiwan ini menjadi titik balik mental. Kepercayaan diri Garuda Pertiwi tampak menurun drastis, sementara Taiwan semakin nyaman menunjukkan kualitas permainan mereka yang rapi dan klinis.

Di babak kedua, gap kualitas fisik, stamina, dan taktik semakin terlihat. Taiwan menambah empat gol lagi tanpa balas, menunjukkan efektivitas serangan mereka, terutama dalam memanfaatkan celah yang ditinggalkan oleh para pemain Indonesia yang mulai kehabisan tenaga. Skor 0-5 menjadi hasil akhir yang telak.

💡 Evaluasi Krusial Menjelang Pintu SEA Games

Pelatih Akira Higashiyama kini memiliki pekerjaan rumah yang sangat besar. Kekalahan 0-5 ini, meskipun terjadi melawan tim yang secara peringkat jauh lebih tinggi, menyoroti beberapa masalah mendasar yang harus segera diperbaiki sebelum keberangkatan ke Thailand:

  1. Konsentrasi Set Piece: Dua gol yang tercipta dari situasi sepak pojok menunjukkan perlunya pelatihan intensif dalam organisasi pertahanan saat menghadapi bola mati.
  2. Transisi dan Stamina: Penurunan performa di babak kedua menunjukkan perlunya peningkatan kondisi fisik agar para pemain dapat mempertahankan intensitas tinggi selama 90 menit.
  3. Efektivitas Penyerangan: Meskipun menciptakan beberapa peluang, eksekusi akhir masih tumpul. Akurasi tembakan dan keputusan akhir di sepertiga lapangan harus ditingkatkan.

Laga melawan Taiwan ini adalah uji coba terakhir yang krusial. Pasukan Akira Higashiyama kini harus segera mengalihkan fokus total ke SEA Games 2025.

Pertandingan pertama mereka adalah duel berat langsung melawan tuan rumah, Thailand, yang dijadwalkan pada 4 Desember 2025. Thailand, sebagai salah satu kekuatan sepak bola putri Asia Tenggara, pasti akan memanfaatkan keuntungan sebagai tuan rumah.

Kekalahan ini harus dijadikan cambuk, bukan alasan untuk menyerah. Para pemain seperti Claudia Scheunemann dkk. memiliki potensi, namun mereka harus menemukan mental baja untuk menghadapi tekanan turnamen sesungguhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *