JAKARTA – Keputusan mengejutkan datang dari Federasi Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait target Timnas U-22 Indonesia di gelaran SEA Games 2025. Alih-alih mempertahankan gelar juara yang mereka raih secara dramatis pada edisi sebelumnya, PSSI justru menetapkan target yang lebih rendah: medali perak.

Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Erick Thohir, dalam sebuah konferensi pers di Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta Pusat, pada Jumat (21/11/2025). Target yang turun drastis ini tentu menimbulkan pertanyaan besar di kalangan penggemar sepak bola nasional, mengingat euforia emas yang diraih setelah 32 tahun penantian panjang.

“Untuk sepak bola putra kalau tidak salah medali perak. Itu yang disampaikan PSSI kepada kami (Kemenpora),” jelas Erick Thohir, menegaskan bahwa target tersebut murni berasal dari evaluasi internal PSSI.

Menpora tidak merinci alasan di balik penurunan target dari emas ke perak tersebut. Namun, kebijakan ini memicu spekulasi bahwa PSSI mungkin bersikap lebih realistis dalam menghadapi dinamika baru tim muda dan persaingan yang semakin ketat di Asia Tenggara.

Faktor Realisme dan Target Realistis untuk Timnas Putri

Perbedaan mencolok juga terlihat pada target Timnas Putri Indonesia. Berdasarkan evaluasi kinerja tim, Timnas Putri menargetkan medali perunggu.

“Untuk sepak bola putri, dari evaluasi tim Kemenpora, kalau tidak salah PSSI menargetkan medali perunggu,” tambah Erick Thohir. Target ini dinilai lebih realistis mengingat Timnas Putri Indonesia masih berada dalam fase pembangunan dan belum mencapai level dominasi seperti beberapa negara tetangga. Fokus utama PSSI untuk tim putri adalah membangun fondasi yang kuat secara berkelanjutan, dan medali perunggu dianggap sebagai capaian yang progresif dan memotivasi.

PSSI Bergerak Cepat: Misi Mengumpulkan Bintang Diaspora

Meskipun target medali “hanya” perak, PSSI menunjukkan keseriusan penuh dalam persiapan tim. Ketua Badan Tim Nasional (BTN), Sumardji, menyampaikan bahwa Garuda Muda akan mengusung skuad terbaik yang tersedia.

Fokus utama PSSI saat ini adalah mengumpulkan seluruh pemain terbaik yang berkarier di luar negeri (diaspora) untuk memperkuat tim. PSSI telah mengirimkan surat resmi kepada klub-klub para pemain ini untuk meminta izin agar mereka bisa bergabung dengan pemusatan latihan (TC) dan SEA Games 2025.

“Ya baik terima kasih. Jadi sesuai surat kami, PSSI berkirim surat ke klub masing-masing,” ungkap Sumardji baru-baru ini.

Pemain-pemain kunci yang diupayakan bergabung bulan depan mencakup nama-nama beken seperti Ivar Jenner (FC Utrecht), Marselino Ferdinan (AS Trencin), dan Adrian Wibowo (Los Angeles FC). Kehadiran pemain-pemain ini sangat krusial karena mereka membawa pengalaman bermain di level kompetisi Eropa dan Amerika Serikat, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas permainan tim secara signifikan.

Tantangan TC Jangka Panjang: Melampaui Agenda FIFA Matchday

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi PSSI adalah memastikan para pemain ini bisa berkumpul dalam waktu yang lama. Sumardji secara spesifik menargetkan agar Timnas U-22 Indonesia bisa berkumpul hingga 18 Desember 2025, yang berarti melampaui agenda resmi FIFA Matchday.

“Kami menginginkan mereka ini bisa bersama-sama sampai dengan nanti gelaran SEA Games di bulan Desember. Sehingga dengan kondisi yang ada ini mereka tetap bersatu,” tegas Sumardji.

Permintaan ini membutuhkan negosiasi dan izin khusus dari klub masing-masing, terutama klub Eropa, karena SEA Games bukan merupakan turnamen yang diakui kalender FIFA. Keberhasilan PSSI mendapatkan izin pelepasan pemain kunci diaspora ini akan menjadi penentu utama apakah target perak bisa tercapai.

Sumardji menekankan pentingnya kontinuitas latihan: “Kembali lagi kami menginginkan tidak hanya pada saat FIFA Matchday saja, tetapi sampai dengan nanti kami melaksanakan selesai latihan ini, selesai TC, lanjut nanti sampai dengan kegiatan SEA Games di tanggal 3 sampai dengan 18 Desember.”

Keputusan PSSI menetapkan target perak setelah sukses emas adalah langkah yang menarik untuk dicermati. Apakah ini murni strategi realistis dalam menghadapi tekanan turnamen di tengah perubahan komposisi tim, atau justru mencerminkan kekhawatiran PSSI terhadap kekuatan lawan-lawan di Asia Tenggara? Hanya waktu dan performa Garuda Muda di Manila yang akan memberikan jawaban pasti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *