September 15, 2025
putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia

Tantangan Berat Menanti Timnas Indonesia di Putaran Akhir Kualifikasi Piala Dunia 2026

Dengan waktu hanya tinggal satu bulan sebelum laga krusial menghadapi Arab Saudi dan Irak di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Timnas Indonesia menunjukkan tanda-tanda kemajuan positif. Di bawah asuhan pelatih baru, Patrick Kluivert, skuad Garuda telah menjalani dua laga uji coba pada FIFA Matchday September 2025 yang memberikan gambaran sejauh mana kesiapan mereka menghadapi tantangan besar di depan mata.

Pada laga pertama, Timnas Indonesia tampil impresif dengan menghajar Chinese Taipei enam gol tanpa balas. Kemenangan besar ini mencerminkan dominasi penuh yang ditunjukkan oleh Marselino Ferdinan dan kawan-kawan sejak menit pertama. Tak hanya menunjukkan ketajaman lini serang, kemenangan telak tersebut juga memberi sinyal bahwa implementasi strategi Kluivert mulai terinternalisasi dengan baik.

Namun, ujian sejati datang pada laga kedua melawan Lebanon. Dalam pertandingan ini, Indonesia bermain imbang tanpa gol. Meski menguasai 81 persen ball possession dan menciptakan sembilan tembakan, tidak satu pun yang mengarah tepat ke gawang. Lebanon tampil dengan strategi “parkir bus”, memadati lini belakang dan memaksa Indonesia untuk berpikir keras membongkar pertahanan rapat tersebut. Hasil ini memang mengecewakan secara skor, tetapi tetap memberikan pelajaran penting.

Dalam laga kontra Lebanon, Patrick Kluivert mencoba banyak pemain, termasuk tiga debutan: Mauro Zijlstra, Miliano Jonathans, dan Adrian Wibowo. Beberapa dari mereka belum mampu menunjukkan performa optimal, namun uji coba seperti ini menjadi ruang eksperimen penting menjelang laga resmi di Oktober.

Menurut pengamat sepak bola nasional, Aris Budi Sulistyo, Timnas Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan, khususnya dalam penguasaan bola dan keberanian membangun serangan dari berbagai sisi. Ia menyoroti peningkatan kontrol permainan, namun juga menggarisbawahi sejumlah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Salah satunya adalah minimnya penetrasi tajam dan kurangnya keberanian menusuk jantung pertahanan lawan.

“Timnas Indonesia terlihat lebih dominan dari sisi penguasaan bola. Tapi belum cukup tajam dalam menciptakan peluang bersih. Ini harus segera diperbaiki,” ujar Aris. Ia juga menambahkan bahwa menghadapi Lebanon yang bertahan total berbeda dibandingkan nanti melawan Arab Saudi dan Irak yang dikenal lebih agresif.

Ancaman Nyata dari Irak dan Arab Saudi

Di sisi lain, dua lawan yang akan dihadapi Timnas Indonesia pada Oktober 2025 bukan lawan sembarangan. Irak dan Arab Saudi tampil solid dalam laga persiapan mereka. Terutama Irak, yang sukses menjuarai Kings Cup 2025 dengan mengalahkan Hong Kong dan Thailand. Mereka menunjukkan kualitas mental, kekompakan tim, dan keinginan kuat kembali ke panggung Piala Dunia setelah terakhir tampil pada edisi 1986.

Skuad Irak diisi oleh kombinasi pemain lokal dan diaspora yang merumput di Eropa. Nama-nama seperti Aymen Hussein, Youssef Al-Amin, hingga Amir Al-Ammari menambah daya gedor tim. Pelatih Graham Arnold menegaskan bahwa tidak ada “kontrak abadi” di skuad Irak, setiap pemain dipanggil berdasarkan kesiapan dan performa, bukan nama besar semata.

Meski begitu, Irak tetap memiliki celah yang bisa dimanfaatkan. Pelatih lokal Irak, Ali Abdul-Jabbar, menyebutkan bahwa lini pertahanan mereka masih rapuh dan sering kewalahan menghadapi kecepatan lawan. Hal ini terlihat ketika mereka kebobolan oleh Hong Kong dan beberapa kali kehilangan konsentrasi.

Arab Saudi pun bukan tanpa kelemahan. Dalam laga uji coba terakhir, mereka tampil tidak konsisten. Meskipun tetap menjadi favorit karena pengalaman dan kualitas individu yang lebih baik, tekanan untuk lolos ke Piala Dunia bisa menjadi beban tersendiri yang dapat dimanfaatkan Indonesia jika bermain cerdas dan penuh determinasi.

Jalan Panjang Menuju Piala Dunia

Perjalanan Timnas Indonesia untuk merebut tiket ke putaran final Piala Dunia 2026 masih sangat panjang dan penuh rintangan. Format kompetisi yang hanya memberikan satu tiket otomatis bagi juara grup membuat setiap pertandingan menjadi sangat penting. Indonesia tidak hanya harus bermain konsisten, tetapi juga harus mulai mencetak gol-gol penting dalam laga besar.

Tantangan lainnya adalah soal mental bertanding. Menghadapi tim-tim berpengalaman seperti Irak dan Arab Saudi menuntut mentalitas juara dan kesiapan bermain di bawah tekanan. Di sinilah peran pemain senior seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Thom Haye akan sangat krusial dalam memandu pemain muda seperti Eliano Reijnders atau Adrian Wibowo menghadapi atmosfer laga tingkat tinggi.

Dengan progres yang sudah terlihat, masih ada ruang bagi optimisme. Namun, seperti yang ditekankan oleh para pengamat, Indonesia harus segera menyempurnakan kelemahan-kelemahan mendasar seperti penyelesaian akhir, efektivitas serangan, dan pengambilan keputusan di sepertiga akhir lapangan.

Kesimpulan

Timnas Indonesia kini tengah berada dalam fase krusial: berkembang namun belum matang sepenuhnya. Uji coba melawan Chinese Taipei dan Lebanon memberikan dua sisi mata uang: satu kemenangan besar dan satu hasil imbang yang mengecewakan, tapi sarat pelajaran. Lawan-lawan seperti Irak dan Arab Saudi menunggu, dan tidak ada ruang untuk kesalahan.

Patrick Kluivert punya tugas besar, namun juga modal cukup untuk membentuk tim yang kompetitif. Jika bisa memaksimalkan waktu persiapan, menjaga konsistensi pemain kunci, dan menemukan strategi tepat untuk setiap lawan, bukan mustahil Indonesia akan menjadi kejutan di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Kini, harapan tinggal pada satu kata: konsistensi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *